Sabtu, 04 Desember 2010

Psikolinguistik


Psikolinguistik
 adalah penggabungan antara dua kata 'psikologi' dan 'linguistik'. Psikolinguistik mempelajari faktor-faktor psikologis dan neurobiologis yang memungkinkan manusia mendapatkan, menggunakan, dan memahami bahasa. Kajiannya semula lebih banyak bersifat filosofis, karena masih sedikitnya pemahaman tentang bagaimana otak manusia berfungsi. Oleh karena itu psikolinguistik sangat erat kaitannya dengan psikologi kognitif. Penelitian modern menggunakan biologi, neurologi, ilmu kognitif, dan teori informasi untuk mempelajari cara otak memroses bahasa.
Psikolinguistik meliputi proses kognitif yang bisa menghasilkan kalimat yang mempunyai arti dan benar secara tata bahasa dari perbendaharaan kata dan struktur tata bahasa, termasuk juga proses yang membuat bisa dipahaminya ungkapan, kata, tulisan, dan sebagainya. Psikolinguistik perkembangan mempelajari kemampuan bayi dan anak-anak dalam mempelajari bahasa, biasanya dengan metoda eksperimental dan kuantitatif (berbeda dengan observasi naturalistik seperti yang dilakukan Jean Piaget dalam penelitiannya tentang perkembangan anak).
Area studi
Psikolinguistik bersifat interdisipliner dan dipelajari oleh ahli dalam berbagai bidang, seperti psikologi, ilmu kognitif, dan linguistik. Psikolinguistik adalah perilaku berbahasa yang disebabkan oleh interaksinya dengan cara berpikir manusia. Ilmu ini meneliti tentang perolehan, produksi dan pemahaman terhadap bahasa[1]. Ada beberapa subdivisi dalam psikolinguistik yang didasarkan pada komponen-komponen yang membentuk bahasa pada manusia.
  • Fonetik dan fonologi mempelajari bunyi ucapan. Di dalam psikolinguistik, penelitian terfokus pada bagaimana otak memproses dan memahami bunyi-bunyi ini.
  • Morfologi mempelajari struktur kalimat, terutama hubungan antara kata yang berhubungan dan pembentukan kata-kata berdasarkan pada aturan-aturan.
  • Sintaks mempelajari pola-pola yang menentukan bagaimana kata-kata dikombinasikan bersama membentuk kalimat
  • Semantik berhubungan dengan makna dari kata atau kalimat. Bila sintaks berhubungan dengan struktur formal dari kalimat, semantik berhubungan dengan makna aktual dari kalimat.
  • Pragmatik berhubungan dengan peran konteks dalam penginterpretasian makna.
  • Studi tentang cara mengenali dan membaca kata meneliti proses yang tercakup dalam perolehan informasi ortografik, morfologis, fonologis, dan semantik dari pola-pola dalam tulisan.
FONETIK
Menurut urutan proses tejadinya bunyi bahasa, jenis fonetik dibedakan menjadi 3, yaitu:
1. Fonetik Artikulatoris
2. Fonetik Akustik
3. Fonetik Audiotoris
1. Fonetik Artikulatoris disebut juga fonetik organis atau fonetik fisiologis, mempelajari bagaimana mekanisme alat- alat bicara manusia bekerja dalam menghasilkan bunyi bahasa serta bagaimana bunyi itu diklasifikasikan.
2. Fonetik Akustik mempelajari bunyi bahasa sebagai peristiwa fisis atau fenomena alam. Bunyi bunyi itu diselidiki melalui frekuensi getarannya, amplitudonya, intensitasnya dan timbernya.
3. Fonetik Auditoris mempelajari bagaimana mekanisme penerimaan bunyi bahasa itu oleh telingta kita.
ASIMILASI
          Peristiwa berubahnya sebuah bunyi menjadi bunyi yang lain sebagai akibat dari bunyi yang ada dilingkungannya sehingga bunyi itu menjadi sama atau mempunyai cirri – cirri yang sama dengan bunyi yang mempengaruhinya. Umpamanya kata sabtu dalam bahasa Indonesia lazim diucapkan(saptu )dimana bunyi B berubah menjadi P sebagai akibat pengaruh bunyi P, bunyi B adalah bunyi hambat bersuara sedangkan bunyi T adalah bunyi hambat tak bersuara, oleh karena itu bunyi B yang bersuara iru karena engaruh bunyi T yang tak bersuara berubah menjadi bunyi P yang juga tidak bersuara.
Jika perubahan itu menyebabkan berubahnya identitas sebuah fonem maka perubahan itu disebut asimilasi fonemis.
KLASIFIKASI VOKAL DAN KONSONAN
1. Bunyi vocal
biasanya diklasifikasikan dan diberi nama berdasarkan possisi lidah dan bentuk mulut. Posisi lidah bias bersifat vertical dan horizontal, secara vertical dibedakan dengan adanya vocal tinggi dan vocal rendah secara horizontal dibedakan adanya vocal depan dan vocal belakang.
Menurut bentuk mulut dibedakan adanya vocal bundar dan vocal tak bundar. Disebut vocal bundar karena bentuk mulut membundar ketika mengucapkan vocal itu misalnya: O dan U, disebut vocal tak bundar karena bentuk mulut tidak membundar melainkan melebar pada waktu mengucapkan vocal tersebut misalnya: vocal I dan E.
2. Bunyi – bunyi konsonan biasanya dibedakan berdasarkan 3 patokan atau criteria yaitu possisi pita suara, tempat artikulasi dan cara artikulasi. Dengan 3 kriteria itu juga orang member nama akan konsonan itu.
Berdasarkan posisi pita suara dibedakan adanya bunyi bersuara dan tak bersuara
1. Bunyi bersuara terjadi apabila pita suara hanya terbuka sedikit, sehingga terjadilah getaran pada pita suara itu. Yang termasuk bunyi bersuara antara lain: bunyi B,D,G dan C.
2. Bunyi tidak bersuara terjadi apabila pita suara terbuka agak lebar, sehingga tidak ada getaran pada pita suara. Yang temasuk bunyi tidak bersuara, antara lain: bunyi S,K,P dan T.
ALAT – ALAT SUARA
          Dalam fonetik artikulatoris hal – hal pertama yang harus dibicarakan adlah alat ucap manusia untuk menghasilkan bunyi bahasa. Sebenarnya alat yang digunakan untuk menhasilkan bunyi bahasa ini mempun yai fungsi utama lain yang besifat biologis. Misalnya, paru – paru untuk bernafas, lidah untuk mengecap dan gigi untuk mengunyah. Namun secara kebetulan alat – alat itu digunakan juga untuk berbicara
Sumber: moch. Idrus kadarusman (STKIP Bangkalan)




Tidak ada komentar:

Posting Komentar