Senin, 29 November 2010

cerpen ku harus mengalah


Ku harus mengalah
Setiap melihat dia rasanya jantungku berdetak sangat cepat.entah rasa apa ini? Mungkinkah cinta atau hanya perasaan kagum sesaat saja,aku harus membuang rasa ini karena ini salah tapi apa salah jika aku mencintai seseorang walaupun aku sendiri tidak tahu apaka dia mencintaiku atau tidak.
Azriel Eka Ramdan dia teman sekelasku, dia adalah seorang ketua kelas yang baik dan dia juga pintar sejak dari SMP dia bersaing denganku meskipun tidak satu kelas tapi di MA ini dia satu kelas denganku.
“aduh cocok banget sekretaris dn ketua kelasnya” tiba-tiba suara teman-temanku mengagetkanku yang sedang berbicara tenteng persiapan mading kelas. “eh kalian sini ikut Bantu buat madding kita hari senin, lalu kami bekerja bersam-sama.
Seandainya aku dan azriel adalah sepasang kekasih pasti sangat indah. Tapi itu tidak mungkin itu hanya mimpi. Tuhan jika aku boleh memilih jodohku kelak aku ingin dia yang  menjadi jodohku.
Hari ini hari senin aku berabgkat ke sekolah lebih pagi karena anggota pengurus osis hrus kumpul karena ada study banding dari MA 3 malang.
Sebelum keruang osis aku mampir ke kelas terlebih untuk absent, suasana sekolah masih sepi karena masih jam 06.10 pagi betapa terkjutnya aku ketika akan masuk ke dalam kelas. Aku melihat azriel dan aya mereka duduk berdua dan tidak sengaja ku dengar pembicaraan mereka. Ternyata orang yang ku cinta selama ini mennyukai sahabatku sendiri ternyata diam-diam mereka berpacaran. Kenapa Aya tega seperti itu padaku padahal selama ini dia tahu perasaanku pada Azriel yang ternyata pacar dia sendiri. Secara tidak langsung aku telah menyakitinya dengan perasaanku pada Azriel tapi kenapa dia selalu medukung perasaanku itu bukankah aku lebih sakit hati ketika tahu kenyataan ini. Kuputuskan untuk ke ruang Osis saja, aku tidak sanggup melihat mereka berdua. Kenapa kamu tega seperti itu padaku Aya? Apa yang harus aku lakukan haruskah aku marah padamu dan menjauhi kamu? Atau aku pura-pura tidak tahu semuanya? Aku bingung apa yang harus aku lakukan?. Sanggupkah aku menjauhi sahabatku sendiri? Rasanya aku tidak sanggup tapi aku juga tidak bisa melihat orang yang ku cinta berpacaran dengan sahabatku sendiri.
Keesokan harinya di sekolah ketika bertemu dengan Aya aku hanya terdiam hatiku masih bingung, perasaanku tidak menentu antara marah karena telah di bohongi, sedih karena cintaku telah pupus tapi tidak mungkin aku marah karena Aya adalah sahabatku.
Hari minggu seperti biasa Aya main ke rumah. “eh Syif gak mau curhat tentang Azriel ta?” Tanya Aya padaku. “enggak Ya” jawabku singkat “kenapa? Ato dong curhat? Aku debgerin kok”. Karena aku emosi terpaksa aku menjawab “udahlah Ya aku tahu semuanya” “maksudnya?” “kamu pacaran dengan Azriel” mendengar kata-kataku Aya terkejut dia memegang tanganku dan berkata “aku gak bermaksud un…” “udahlah ku capek ama semuanya tega kamu” aku memutuskan ucapan Aya. “aku bisa jelasin Syifa” “jelasin? Apa yang mau di jelasin? Semuanya udah jelas!!!” “ok aku minta maaf tapi aku gak niat buat nyakitin kamu” “gimana kalau kamu di posisi aku? Setiap hari aku curhat tentang Azriel ma kamu bahkan kamu selalu mendukung aku tapi kenyataannya kamu pacaran dengan Azriel? Gimana perasaan kamu? Itu sama halnya aku ingin memakai sebuah baju aku minta pendapat kamu, kamu bilang aku pantes pake baju itu tapi ternyata kamu udah pake baju itu duluan bahkan kamu udah membelinya, tega kamu”
Setelah kejadian itu aku dan Aya jarang bersama bahkan Aya mulai berani terang-terangan di depan aku bersama dengan Azriel. Aku tidak sanggup melihat mereka berdua. Tidak ada yang salah dlam masalah ini.
Ku putskan untuk pindah sekolah ke Malang. Disan aku tinggal dengan nenek dari ibu. Aku harus tetap melanjutkan hidup ini. Kata-kata itu yang terus aku ingat saat ku teringat tentang Aya dan Azriel.semoga rasa ini bisa ku hapus dalam hati. Amien.
Bangkalan, 29 November 2010
Nurwati Septiandari

Tidak ada komentar:

Posting Komentar