Sabtu, 04 Desember 2010

Alat Ucap





Kita tidak akan memahami sebaik-baiknya segala macam bunyi-ujaran bila kita tidak mengetahui sebaik-baiknya tetntang alat ucap yang menghasilkan bunyi-bunyi tersebut. Sebab itu dalam Fonologi dipelajari juga bagian-bagian tubuh yang ada sangkut-pautnya dengan menghasilkan bunyi-ujaran tersebut.
Bunyi-ujaran dihasilkan oleh berbagai macam kombinasi dari alat-ucap yang terdapat dalam tubuh manusia. Ada tiga macam alat-ucap yang perlu untuk menghasilkan suatu bunyi-ujaran, yaitu:
  1. Udara : yang dialirkan keluar dari paru-paru.
  2. Artikulator : bagian dari alat-ucap yang dapat digerakkan atau digeserkan untuk menimbulkan suatu bunyi.
  3. Titik artikulasi : ialah bagian dari alat-ucap yang menjadi tujuan sentuh dari artikulator.
Dalam menimbulkan bunyi-ujaran /k/ misalnya, dapat kita lihat kerja sama antara ketiga faktor tersebut dia atas. Mula-mula udara mengalir keluar dari paru-paru, sementara itu bagian belakang lidah bergerak ke atas serta merapat ke langit-langit lembut. Akibatnya udara terhalang. Dalam hal ini belakang lidah menjadi artikulatornya, karena belakang lidah merupakan alat-ucap yang bergerak atau digerakkan, sedangkan langit-langit lembut menjadi titik artikulasinya, karena dia tidak bergerak, dia menjadi tempat tujuan atau tempat sentuh belakang lidah.
Yang termasuk alat-ucap adalah: paru-paru (tempat asal aliran udara), tenggorokan, di ujung atas tenggorokan ( laring ) terdapat pita suara. Ruang di atas pita suara hingga ke perbatasan rongga hidung disebut faring . Alat-alat ucap yang terdapat dalam rongga mulut adalah: bibir ( labium ), gigi ( dens ), lengkung kaki gigi ( alveolum ), langit-langit keras ( palatum ), langit-langit lembut ( velum ), anak tekak ( uvula) , lidah, yang terbagi lagi atas beberapa bagian yaitu: ujung lidah ( apex ), lidah bagian depan, lidah bagian belakang dan akar lidah.
Di samping rongga-rongga laring, faring dan rongga mulut sebagaimana telah disebutkan di atas, rongga hidung juga memainkan peranan yang penting dalam menghasilkan bunyi.



Disadur dari buku Tata Bahasa Indonesia oleh Dr. Gorys Keraf, Cetakan Kesepuluh, 1984—dengan perubahan seperlunya
Copyright © 2009. Dini Amanda Putri. XII IPA 3. SMAN 1 Bogor

tips merawat helm


tips merawat helm

  1. Bukalah kaca penutup saat helm g’ kamu pakai. Jika tetep kamu tutup’ sudah pasti udara pengap dan bau beak keringat nggak akan pergi.
  2. bersihkan setiap hari kaca helm kamu dengan lap (kalo kotor banget kondisinya). Lakukan dengan hati-hati dan perlahan lurus kebawah (tidak horizontal)
  3. ketika menyimpan helm, perhatikan fungsi ventilasi agar tetap terbuka sehingga udara bersirkulasi dengan baik. Lubang ventilasi biasanya terletak di bagian atas. Jika tidak ada, kamu bisa lakukan hal lain dengan mengangin-anginkan helm.
  4. poles bagian luar helm dengan pasta pengkilap secara merata. Kalo kamu rutin melakukannya warna helm akan tetap mengkilap plus debu g’ mudah nempel.
  5. semprotkan pengharum khusus helm untuk bagian dalam. Jika tidak ada, kamu bisa gunakan pengharum baju saat menyetria.
Tentu masih ada tips lain yang bisa kamu lakukan untuk merawat helm agar nyaman dipake dan tampil menawan. But, 5 hal itu sudah cukup rasanya untuk kamu lakukan agar helm tetep bagus OKAY selamat mencoba ea……!!!

Sumber: majalah ELFATA edisi 02 vol.09 2009




Proses Pembentukan dan Karakteristik Sinyal Ucapan
Oleh : Arry Akhmad Arman
Dosen dan Peneliti di Departemen Teknik Elektro ITB
email : aa@lss.ee.itb.ac.id, aa_arman@rocketmail.com

2.5.1 Sistem Pembentukan Ucapan
Ucapan manusia dihasilkan oleh suatu sistem produksi ucapan yang dibentuk oleh alatalat
ucap manusia. Proses tersebut dimulai dengan formulasi pesan dalam otak
pembicara. Pesan tersebut akan diubah menjadi perintah-perintah yang diberikan kepada
alat-alat ucap manusia, sehingga akhirnya dihasilkan ucapan yang sesuai dengan pesan
yang ingin diucapkan.
Gambar 2.11. Foto Sinar X Penampang Alat-Alat Ucap Manusia [Rab93]
Gambar 2.11 memperlihatkan foto sinar X penampang alat-alat ucap manusia. Vocal
tract pada gambar tersebut ditandai oleh garis putus-putus, dimulai dari vocal cords atau
glottis, dan berakhir pada mulut. Vocal tract terdiri dari pharynx (koneksi antara
esophagus dengan mulut) dan mulut. Panjang vocal tract pria pada umumnya sekitar 17
cm. Daerah pertemuan vocal tract ditentukan oleh lidah, bibir, rahang, dan bagian
belakang langit-langit; luasnya berkisar antara 20 cm2 sampai dengan mendekati nol.
Nasal tract mulai dari bagian belakang langit-langit dan berakhir pada nostrils. Pada
keadaan tertentu, suara nasal akan dikeluarkan melalui rongga ini.
Gambar 2.12 memperlihatkan model sistem produksi ucapan manusia yang
disederhanakan. Pembentukan ucapan dimulai dengan adanya hembusan udara yang
dihasilkan oleh paru-paru. Cara kerjanya mirip seperti piston atau pompa yang ditekan
untuk menghasilkan tekanan udara. Pada saat vocal cord berada dalam keadaan tegang,
aliran udara akan menyebabkan terjadinya vibrasi pada vocal cord dan menghasilkan
bunyi ucapan yang disebut voiced speech sound. Pada saat vocal cord berada dalam
keadaan lemas, aliran udara akan melalui daerah yang sempit pada vocal tract dan
menyebabkan terjadinya turbulensi, sehingga menghasilkan suara yang dikenal sebagai unvoiced sound.

Gambar 2.12. Model Sistem Produksi Ucapan Manusia [Rab93]
Ucapan dihasilkan sebagai rangkaian atau urutan komponen-komponen bunyi-bunyi
pembentuknya. Setiap komponen bunyi yang berbeda dibentuk oleh perbedaan posisi,
bentuk, serta ukuran dari alat-alat ucap manusia yang berubah-ubah selamat terjadinya
proses produksi ucapan.
2.5.2 Representasi Sinyal Ucapan
Sinyal ucapan merupakan sinyal yang berubah terhadap waktu dengan kecepatan
perubahan yang relatif lambat. Jika diamati pada selang waktu yang pendek (antara 5
sampai dengan 100 mili detik), karakteristiknya praktis bersifat tetap; tetapi jika diamati
pada selang waktu yang lebih panjang karakteristiknya terlihat berubah-ubah sesuai
dengan kalimat yang sedang diucapkan. Gambar 2.13 memperlihatkan contoh sinyal
ucapan dari suatu kalimat bahasa Inggris “It’s time” yang diucapkan oleh seorang pria.
Setiap baris pada gambar tersebut memperlihatkan potongan sinyal selama 100 mili detik,
sehingga seluruh gambar tersebut memperlihatkan sinyal ucapan sepanjang 500 mili
detik.

Gambar 2.13. Contoh Sinyal Ucapan “It’s time” [Rab93]
Ada berbagai cara untuk mengklasifikasikan bagian-bagian atau komponen sinyal
ucapan. Salah satu cara yang sederhana adalah dengan cara mengklasifikasikannya
menjadi tiga keadaan yang berbeda, yaitu (1) silence (S), keadaan pada saat tidak ada
ucapan yang diucapkan; (2) unvoiced (U), keadaan pada saat vocal cord tidak melakukan
vibrasi, sehingga suara yang dihasilkan bersifat tidak periodic atau bersifat random; (3)
voiced (V), keadaan pada saat terjadinya vibrasi pada vocal cord, sehingga menghasilkan
suara yang bersifat kuasi periodik.
Pada gambar 2.13 di atas sudah tercantum label-label S, U dan V yang dapat
mempermudah untuk mengamati perbedaan keadaan-keadaan tersebut. Baris pertama
serta awal baris kedua ditandai dengan S, artinya bagian tersebut merepresentasikan
keadaan diam dimana pembicara belum mengucapkan apapun. Amplituda kecil yang
tampak pada perioda tersebut merupakan noise latar belakang yang ikut terekam.
Suatu perioda singkat unvoiced (U) tampak mendahului vocal pertama dalam kata “It”.
Selanjutnya diikuti oleh daerah voiced (V) yang cukup panjang, merepresentasikan vokal
“i”. Berikutnya diikuti oleh daerah unvoiced (U) yang merepresentasikan daerah
pelemahan pengucapan “i”. Setelah itu diikuti oleh silence (S) yang merupakan bagian
dari fonem “t”, dan seterusnya.
Dari contoh tersebut jelas bahwa segmentasi ucapan menjadi S, U dan V tidak bersifat
eksak, artinya ada daerah-daerah yang tidak dapat dikategorikan dengan tegas ke dalam
salah satu dari tiga kategori tersebut. Salah satu penyebabnya adalah perubahan dari
keadaan-keadaan alat ucap manusia yang tidak bersifat diskrit dari satu keadaan ke
keadaan lainnya, sehingga bunyi transisi dari satu segmen ke segmen lainnya
menghasilkan bentuk yang tidak mudah ditentukan. Selain itu, ada segmen-segmen
ucapan yang mirip atau bahkan mengandung silence didalamnya.
Representasi sinyal dalam diagram waktu terhadap amplituda seperti gambar sebelumnya
seringkali tidak cukup untuk mendapatkan besaran-besaran kuantitatif yang efektif untuk
melakukan analisis dari suatu ucapan. Untuk melakukan analisis sinyal ucapan, lebih
sering digunakan representasi spektral menggunakan spektogram seperti terlihat pada
Gambar 2.14. Dengan menggunakan spektogram, dapat diidentifikasikan komponenkomponen
frekuensi dari suatu segmen ucapan. Segmen ucapan yang bentuknya mirip
pada domain waktu lebih mudah dibedakan pada spektogram dengan cara melihat
perbedaan komponen frekuensinya.
 
Gambar 2.14. Spektogram Pita lebar, Spektogram Pita Sempit dan Amplituda
Ucapan dari kalimat “Every Salt Breeze Comes From Sea” [Rab93]
Spektogram dibedakan menjadi spektogram pita lebar (wideband spectogram) dan
spektogram pita sempit (narrowband spectogram). Spektogram pita lebar adalah analisis
spectral pada suatu interval sepanjang 15 mili detik menggunakan filter dengan lebar pita
125 Hz serta analisis detail yang dilakukan setiap 1 mili detik. Spektogram pita sempit
adalah analisis spectral pada suatu interval sepanjang 50 mili detik menggunakan filter
dengan lebar pita 40 Hz serta analisis detail yang dilakukan setiap 1 mili detik.
Spektogram pita lebar dapat digunakan untuk melihat komponen-komponen frekuensi
utama dari suatu ucapan dengan jelas, seperti terlihat pada gambar paling atas dari
gambar 2.14 tersebut. Sebagian komponen frekuensi yang tidak dominan menjadi tidak
terlihat pada spektogram pita lebar. Untuk melihat komponen-komponen frekuensi yang
lebih rinci dilakukan menggunakan spektogram pita sempit, seperti yang terlihat pada
gambar kedua dari atas pada Gambar 2.14
Dalam kegiatan penelitian dan pengembangan sistem TTS, analisis spektral diantaranya
digunakan untuk melakukan segmentasi komponen-komponen sinyal ucapan, indetifikasi
komponen frekuensi segmen ucapan, serta analisis frekuensi dasar yang diperlukan untuk
analisis intonasi ucapan.
2.5.3 Karakteristik Sinyal Ucapan
Unit bunyi terkecil yang dapat dibedakan oleh manusia disebut fonem. Suatu ucapan kata
atau kalimat pada prinsipnya dapat dilihat sebagai urutan fonem. Himpunan fonem yang
ada dalam suatu bahasa berbeda-beda. Setiap fonem disimbolkan dengan suatu simbol
yang unik.
Saat ini ada beberapa standar cara penamaan fonem yang berlaku [Rab93], diantaranya
adalah standar (1) IPA (International Phonetic Alphabet)1, (2) ARPABET, serta (3)
SAMPA. Tabel 2.1 memperlihatkan daftar fonem bahasa Inggris-Amerika serta
representasinya dalam simbol-simbol IPA serta ARPABET.

Fonem-fonem Bahasa Inggris-Amerika dalam standar IPA dan ARPABET [Rab93]
1 Sistem abjad yang disusun oleh l’Association Phonetique Internationale pada 1897 atas prakarsa Otto
Jespersen, dengan tujuan supaya orang dapat belajar dan merekam lafal perbagai bahasa secara cermat dan
menghindari ketikakonsistenan; didasarkan pada huruf Latin dengan berbagai tambahan [Yus98]
Setiap fonem memiliki ciri-ciri yang berbeda. Gambar 2.15 memperlihatkan daftar fonem
serta pengkalisifikasiannya untuk bahasa Inggris-Amerika.



Gambar 2.15. Daftar dan Klasifikasi Fonem Bahasa Inggris-Amerika [Rab93]
2.5.3.1 Vokal
Sinyal ucapan vokal memiliki bentuk kuasi periodik seperti terlihat pada Gambar 2.16.
Setiap vokal mempunyai komponen frekuensi tertentu yang membedakan karakter satu
fonem vokal dengan fonem vokal lainnya, seperti terlihat pada spektogram Gambar 2.17.
Fonem vokal Bahasa Inggris mencakup fonem-fonem /IY/, /IH/, /EH/, /AE/, /AA/, /ER/,
/AH/, /AX/, /AO/, /UW/, /UH/, dan /OW/. Penelitian untuk mengidentifikasikan
karakteristik fonem-fonem vokal Bahasa Indonesia pernah dilakukan dan dipublikasikan
oleh Arry Akhmad Arman pada tahun 1999 [Arm99]
 

2.5.3.2 Diftong
Diftong pada prinsipnya adalah dua fonem vokal yang berurutan dan diucapkan tanpa
jeda. Fonem diftong Bahasa Inggris mencakup /AY/, /OY/, /AW/, dan /EY/. Karakteristik
diftong mirip dengan karakteristik fonem-fonem vokal pembentuknya disertasi bentuk
transisinya.


Bahasa Inggris [Rab93]
2.5.3.3 Konsonan Nasal
Konsonan nasal dibangkitkan dengan eksitasi glotal dan vocal tract mengerut total pada
beberapa titik tertentu sepanjang lintasan pengucapan. Bagian belakang langit-langit
merendah, sehingga udara mengalir melalui nasal tract dengan suara yang dipancarkan
melalui lubang hidung. Konsonan nasal Bahasa Inggris adalah /M/, /N/, dan /NX/.
Contoh bentuk sinyal ucapan serta spektogramnya dapat dilihat pada Gambar 2.19.
2.5.3.4 Konsonan Frikatif
Konsonen frikatif pada prinsipnya dapat dibedakan menjadi frikatif unvoiced serta
voiced. Fonem Bahasa Inggris yang termasuk frikatif unvoiced adalah /F/, /TH/, /S/, dan
/SH/, sedangkan yang termasuk frikatif voiced adalah /V/, /Z/, dan /ZH/. Frikatif
unvoiced dibentuk dengan suatu eksitasi terhadap vocal tract dengan suatu aliran udara
yang tetap, sehingga menyebabkan turbulensi di daerah yang mengkerut dalam vocal
tract. Frikatif voiced agak berbeda dengan frikatif unvoiced. Pada frikatif voiced, suara
dihasilkan oleh dua sumber eksitasi. Sumber eksitasi lainnya adalah glotis.

Bahasa Inggris [Rab93]
2.5.3.5 Konsonan Stop
Seperti konsonan frikatif, konsonen stop dapat dibedakan menjadi konsonan stop
unvoiced serta voiced. Konsonan stop memiliki bentuk yang berbeda dengan konsonankonsonan
lainnya. Konsonan ini memperlihatkan pola transient dan tidak kontinyu.
Konsonan ini dibentuk dengan cara memberikan tekanan pada kondisi pengerutan total di
bagian rongga mulut tertentu, dan segera diikuti dengan pelemasan. Untuk fonem /B/
pengerutan terjadi di bibir, untuk fonem /D/ pengerutan terjadi di belakang gigi depan,
sedangkan untuk fonem /G/ pengerutan terjadi di sekitar bagian belakang langit-langit.
Selama perioda total pengerutan terjadi, tidak ada suara yang dikeluarkan dari mulut,
sehingga fonem ini selalu mengandung bagian yang menyerupai silence. Fonem Bahasa
Inggris yang termasuk konsonan stop unvoiced adalah /P/, /T/, dan /K/, sedangkan yang
termasuk konsonan stop voiced adalah /B/, /D/, dan /G/.




JURUSAN IPA NGGAK SULIT KOK!!!!!!!!


JURUSAN IPA NGGAK SULIT KOK!!!!!!!!

Aooooooooooooooo . . . .
Kabarnya pada baeg khan????????
Jurusan IPA? Ehmmmmmmm, pasti banyak khan yang akan kalian fikirkan tentang jurusan ini? Entah itu jurusan favorite, jurusan yang bikin pusing dan masih banyak yang laen lagi….
          Biar nggak terlalu jauh mikirnya, gimana kalau kita nanya aja sama salah satu guru kesayangan kita?
          Beliau bernama Ibu Sufiah S.pd, Beliau ini dilahirkan di kota Bangkalan pada tanggal 1 juni 1979. Ibu yang memang menyukai hitung-menghitung sejak kecil ini, memberikan alasannya, menurut Beliau, jurusan IPA memiliki kedudukan yang sama dengan jurusan yang lainnya, hanya dibidang hitung-menghitung saja yang perlu ditingkatkan. Selain itu Beliau juga memberikan tips buat kita agar tidak menganggap sulit jurusan IPA, antara lain: Menguasai konsep dasar dari matematika dan konsep dasar Al-jabar. Dan kuncinya adalah: Penguasaan materi, Kemampuan membahas soal, dan menganalisa soal. Beliau juga mempunyai prinsip kalau sebenarnya “Fisika itu mudah, tidak ada yang sulit, hanya kalian yang menganggap sulit”
Ibu Sufiah juga nggak lupa lohh ngasi nasehat buat kita, nasehat dari beliau adalah disiplin dan banyak latihan soal.

Nah temen-temen, uda tau banyak khan tentang jurusan IPA gimana????????
Ambil positifnya aja yahhhhhhh???????





                                                By: Fadil in RESPONS
{ Ini diterbitkan di majalah RELIEF majalah MAN Bangkalan. }

latar belakang pendidikan kewarganegaraan


PENDAHULUAN
Tujuan para generasi muda mempelajari pendidikan kewarganegaraan untuk menyadarkan kita bahwa semangat perjuangan bangsa yang merupakan kekuatan mental spiritual telah melahirkan kekuatan yang luar biasa dalam masa perjuangan fisik, sedangkan dalam menghadapi globalisasi untuk mengisi kemerdekaan kita memerlukan perjuangan non fisik sesuai dengan bidang profesi masing2. Perjuangan ini dilandasi oleh nilai2 perjuangan bangsa sehingga kita tetap memiliki wawasan dan kesadaran bernegara, sikap dan prilaku yang cinta tanah air dan mengutamakan persatuan serta kesatuan bangsa dalam rangka bela negara demi tetap utuh dan tegaknya NKRI.
Dengan itu kita sebagai generasi muda diharapkan menumbuhkan wawasan dan kesadaran bernegara, sikap serta perilaku cinta tanah air dan bersendikan kebudayaan, wawasan nusantara serta ketahanan nasional dalam diri para mahasiswa sebagai calon sarjana yang sedang mengkaji dan akan menguasai IPTEK dan seni.
ISI PEMBAHASAN
Pengertian Tentang Pendidikan Kewarganegaraan
Pendidikan Kewarganegaraan yang dahulu dikenal dengan Pendidikan Kewiraan, adalah materi perkuliahan yang menyangkut pemahaman tentang persatuan dan kesatuan, kesadaran warga Negara dalam bernegara, serta pendidikan bela Negara yang tertuang dalam suatu Surat Keputusan Dirjen Dikti No. 267/DIKTI/2000. Dalam Pendidikan Kewarganegaraan dengan sendirinya juga di kembangkan kemampuan kepribadian dan kemampuan intelektual dalam bidang politik, hokum, kemasyarakatan filsafat dan budaya.Materi tersebut antara lain membahas tentang demokrasi, hak asasi manusia, lingkungan social budaya, ekonomi serta pertahanan dan keamanan. Dalam Pendidikan Kewarganegaraan materi disajikan secara objektif dan ilmiah dan tanpa unsure doktriner.
Oleh karena itu materi Pendidikan Kewarganegaraan pada hakikatnya tidak bersifat militeristik, objektif dan ilmiah.
Dalam UU No. 2 Tahun 1998 tentang Sistem Pendidikan Nasional, pasal 39 (2), dinyatakan bahwa disetiap jenis, jalur dan jenjang pendidikan wajib memuat Pendidikan Pancasila, Pendidikan Agama dan Pendidikan Kewarganegaraan. Materi pokok Pendidikan Kewarganegaraan adalah tentang hubungan antar warganegara dan Negara serta pendidikan Pendahuluan Bela Negara (PPBN). Dalam pelaksanaannya selama ini , pada jenjang Pendidikan Dasar sampai dengan Pendidikan Menengah, Pendidikan Kewarganegaraan digabung dengan Pendidikan Pancasila menjadi Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan (PPKN). Sedangkan di Perguruan Tinggi , Pendidikan Kewarganegaraan dikenal dengan Pendidikan Kewiraanyang lebih menekankan pada Pendidikan Pendahuluan Bela Negara

Dasar Pemikiran Pendidikan Kewarganegaraan:
  1. Bahwa pendidikan nasional yg berakar pada kebudayaan Bangsa Indonesia diarahkan untuk meningkatkan kecerdasan serta harkat dan martabat bangsa, mewujudkan manusia serta masyarakat Indonesia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan YME, berkualitas mandiri sehingga mampu membangun dirinya dan masyarakat sekelilingnya serta dapat memenuhi kebutuhan pembangunan nasional & bertanggung jawab atas pembangunan bangsa.
  2. Jiwa politik, rasa cinta tanah air, semangat kebangsaan, kesetiakawanan sosial, kesadaran pd sejarah bangsa, dan sikap menghargai jasa para pahlawan di kalangan mahasiswa hendak dipupuk melalui pendidikan kewarganegaraan.
Kompetensi yg dihadapkan:
Pendidikan kewarganegaraan yg berhasil akan membuahkan sikap mental yg cerdas, penuh rasa tanggung jawab dari peserta didik.
Sikap ini disertai dgn perilaku:
  1. Beriman & bertakwa kepada Tuhan YME & menghayati nilai-nilai falsafah bangsa
  2. Berbudi pekerti luhur, berdisiplin dalam bermasyarakat, berbangsa dan beragama
  3. Rasional, dinamis, dan sadar akan hak & kewajiban sebagai warga negara
  4. Bersifat profesional, yg dijiwai oleh kesadaran bela negara.
  5. Aktif memanfaatkan ilmu pengetahuan & teknologi serta seni untuk kepentingan kemanusiaan, bangsa, dan negara.
Selain itu diharapkan semua rakyat Indonesia memiliki wawasan kesadaran bernegarauntuk bela negara dan memiliki pola pikir, pola sikap dan prilaku sebagai pola tindak yg cinta tanah air berdasarkan Pancasila, semua itu diperlukan demi tetap utuh & tegaknya NKRI. Untuk menumbuhkan wawasan dan kesadaran bernegara, sikap serta perilaku cinta tanah air dan bersendikan kebudayaan, wawasan nusantara serta ketahanan nasional dalam diri para mahasiswa sebagai calon sarjana yang sedang mengkaji dan akan menguasai IPTEK dan Seni.

Tujuan Pendidikan Kewarganegaraan

1. Tujuan Umum. Memberikan pengetahuan dan kemampuan dasar kepada mahasiswa mengenai hubungan antara warganegara dengan negara, hubungan antara warganegara dengan warganegara, dan Pendidikan Pendahuluan Bela Negara agar menjadi warganegara yang dapat diandalkan oleh bangsa dan negara.
2. Tujuan Khusus. Agar mahasiswa memahami dan melaksanakan hak dan kewajiban secara santun, jujur dan demokratis serta ikhlas sebagai Warganegara Republik Indonesia yang terdidik dan bertanggung jawab.
a. Agar mahasiswa menguasai dan memahami berbagai masalah dasar dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara, serta dapat mengatasi dengan pemikiran kritis dan bertanggung jawab yang berlandaskan Pancasila, Wawasan Nusantara dan Ketahanan Nasional.
b. Agar mahasiswa memiliki sikap perilaku sesuai nilai-nilai kejuangan, cinta tanah air, rela berkorban bagi nusa dan bangsa.
KESIMPULAN
Sebagai bangsa Indonesia kita harus menanamkan rasa cinta tanah air dan menjadi warga negara yang sadar dan mengenal wawasan nusantara untuk dapat mengisi kemerdekaan dengan menjadi warga yang beradab dan memahami nilai cinta tanah air
Sumber: http://nureazizah13.wordpress.com/

Psikolinguistik


Psikolinguistik
 adalah penggabungan antara dua kata 'psikologi' dan 'linguistik'. Psikolinguistik mempelajari faktor-faktor psikologis dan neurobiologis yang memungkinkan manusia mendapatkan, menggunakan, dan memahami bahasa. Kajiannya semula lebih banyak bersifat filosofis, karena masih sedikitnya pemahaman tentang bagaimana otak manusia berfungsi. Oleh karena itu psikolinguistik sangat erat kaitannya dengan psikologi kognitif. Penelitian modern menggunakan biologi, neurologi, ilmu kognitif, dan teori informasi untuk mempelajari cara otak memroses bahasa.
Psikolinguistik meliputi proses kognitif yang bisa menghasilkan kalimat yang mempunyai arti dan benar secara tata bahasa dari perbendaharaan kata dan struktur tata bahasa, termasuk juga proses yang membuat bisa dipahaminya ungkapan, kata, tulisan, dan sebagainya. Psikolinguistik perkembangan mempelajari kemampuan bayi dan anak-anak dalam mempelajari bahasa, biasanya dengan metoda eksperimental dan kuantitatif (berbeda dengan observasi naturalistik seperti yang dilakukan Jean Piaget dalam penelitiannya tentang perkembangan anak).
Area studi
Psikolinguistik bersifat interdisipliner dan dipelajari oleh ahli dalam berbagai bidang, seperti psikologi, ilmu kognitif, dan linguistik. Psikolinguistik adalah perilaku berbahasa yang disebabkan oleh interaksinya dengan cara berpikir manusia. Ilmu ini meneliti tentang perolehan, produksi dan pemahaman terhadap bahasa[1]. Ada beberapa subdivisi dalam psikolinguistik yang didasarkan pada komponen-komponen yang membentuk bahasa pada manusia.
  • Fonetik dan fonologi mempelajari bunyi ucapan. Di dalam psikolinguistik, penelitian terfokus pada bagaimana otak memproses dan memahami bunyi-bunyi ini.
  • Morfologi mempelajari struktur kalimat, terutama hubungan antara kata yang berhubungan dan pembentukan kata-kata berdasarkan pada aturan-aturan.
  • Sintaks mempelajari pola-pola yang menentukan bagaimana kata-kata dikombinasikan bersama membentuk kalimat
  • Semantik berhubungan dengan makna dari kata atau kalimat. Bila sintaks berhubungan dengan struktur formal dari kalimat, semantik berhubungan dengan makna aktual dari kalimat.
  • Pragmatik berhubungan dengan peran konteks dalam penginterpretasian makna.
  • Studi tentang cara mengenali dan membaca kata meneliti proses yang tercakup dalam perolehan informasi ortografik, morfologis, fonologis, dan semantik dari pola-pola dalam tulisan.
FONETIK
Menurut urutan proses tejadinya bunyi bahasa, jenis fonetik dibedakan menjadi 3, yaitu:
1. Fonetik Artikulatoris
2. Fonetik Akustik
3. Fonetik Audiotoris
1. Fonetik Artikulatoris disebut juga fonetik organis atau fonetik fisiologis, mempelajari bagaimana mekanisme alat- alat bicara manusia bekerja dalam menghasilkan bunyi bahasa serta bagaimana bunyi itu diklasifikasikan.
2. Fonetik Akustik mempelajari bunyi bahasa sebagai peristiwa fisis atau fenomena alam. Bunyi bunyi itu diselidiki melalui frekuensi getarannya, amplitudonya, intensitasnya dan timbernya.
3. Fonetik Auditoris mempelajari bagaimana mekanisme penerimaan bunyi bahasa itu oleh telingta kita.
ASIMILASI
          Peristiwa berubahnya sebuah bunyi menjadi bunyi yang lain sebagai akibat dari bunyi yang ada dilingkungannya sehingga bunyi itu menjadi sama atau mempunyai cirri – cirri yang sama dengan bunyi yang mempengaruhinya. Umpamanya kata sabtu dalam bahasa Indonesia lazim diucapkan(saptu )dimana bunyi B berubah menjadi P sebagai akibat pengaruh bunyi P, bunyi B adalah bunyi hambat bersuara sedangkan bunyi T adalah bunyi hambat tak bersuara, oleh karena itu bunyi B yang bersuara iru karena engaruh bunyi T yang tak bersuara berubah menjadi bunyi P yang juga tidak bersuara.
Jika perubahan itu menyebabkan berubahnya identitas sebuah fonem maka perubahan itu disebut asimilasi fonemis.
KLASIFIKASI VOKAL DAN KONSONAN
1. Bunyi vocal
biasanya diklasifikasikan dan diberi nama berdasarkan possisi lidah dan bentuk mulut. Posisi lidah bias bersifat vertical dan horizontal, secara vertical dibedakan dengan adanya vocal tinggi dan vocal rendah secara horizontal dibedakan adanya vocal depan dan vocal belakang.
Menurut bentuk mulut dibedakan adanya vocal bundar dan vocal tak bundar. Disebut vocal bundar karena bentuk mulut membundar ketika mengucapkan vocal itu misalnya: O dan U, disebut vocal tak bundar karena bentuk mulut tidak membundar melainkan melebar pada waktu mengucapkan vocal tersebut misalnya: vocal I dan E.
2. Bunyi – bunyi konsonan biasanya dibedakan berdasarkan 3 patokan atau criteria yaitu possisi pita suara, tempat artikulasi dan cara artikulasi. Dengan 3 kriteria itu juga orang member nama akan konsonan itu.
Berdasarkan posisi pita suara dibedakan adanya bunyi bersuara dan tak bersuara
1. Bunyi bersuara terjadi apabila pita suara hanya terbuka sedikit, sehingga terjadilah getaran pada pita suara itu. Yang termasuk bunyi bersuara antara lain: bunyi B,D,G dan C.
2. Bunyi tidak bersuara terjadi apabila pita suara terbuka agak lebar, sehingga tidak ada getaran pada pita suara. Yang temasuk bunyi tidak bersuara, antara lain: bunyi S,K,P dan T.
ALAT – ALAT SUARA
          Dalam fonetik artikulatoris hal – hal pertama yang harus dibicarakan adlah alat ucap manusia untuk menghasilkan bunyi bahasa. Sebenarnya alat yang digunakan untuk menhasilkan bunyi bahasa ini mempun yai fungsi utama lain yang besifat biologis. Misalnya, paru – paru untuk bernafas, lidah untuk mengecap dan gigi untuk mengunyah. Namun secara kebetulan alat – alat itu digunakan juga untuk berbicara
Sumber: moch. Idrus kadarusman (STKIP Bangkalan)




Senin, 29 November 2010

PERAN DIIT DALAM PENANGGULANGAN DIABETES


PERAN DIIT
DALAM PENANGGULANGAN DIABETES

I. Apa yang dimaksud dengan Diabetes Mellitus ?

Diabetes Mellitus (DM) merupakan salah satu masalah kesehatan yang
berdampak pada produktivitas dan dapat menurunkan Sumber Daya Manusia.
Penyakit ini tidak hanya berpengaruh secara individu, tetapi sistem kesehatan
suatu negara. Walaupun belum ada survei nasional, sejalan dengan perubahan
gaya hidup termasuk pola makan masyarakat Indonesia diperkirakan penderita
DM ini semakin meningkat, terutama pada kelompok umur dewasa keatas
pada seluruh status sosial ekonomi. Saat ini upaya penanggulangan penyakit
DM belum menempati skala prioritas utama dalam pelayanan kesehatan,
walaupun diketahui dampak negatif yang ditimbulkannya cukup besar antara
lain komplikasi kronik pada penyakit jantung kronis, hipertensi, otak, sistem
saraf, hati, mata dan ginjal.
DM merupakan salah satu penyakit degeratif, dimana terjadi gangguan
metabolisme karbohidrat, lemak dan protein serta ditandai dengan tingginya
kadar gula dalam darah (hiperglikemia) dan dalam urin (glukosuria).

II. Apa penyebab Diabetes Mellitus ?

DM atau kencing manis adalah suatu penyakit yang disebabkan oleh karena
peningkatan kadar gula dalam darah (hiperglikemi) akibat kekurangan hormon
insulin baik absolut maupun relatif. Absolut berarti tidak ada insulin sama
sekali sedangkan relatif berarti jumlahnya cukup/memang sedikit tinggi atau
daya kerjanya kurang. Hormon Insulin dibuat dalam pancreas. Ada 2 macam
type DM :
1. DM type I. atau disebut DM yang tergantung pada insulin. DM ini
disebabkan akibat kekurangan insulin dalam darah yang terjadi karena
kerusakan dari sel beta pancreas. Gejala yang menonjol adalah terjadinya
sering kencing (terutama malam hari), sering lapar dan sering haus,
sebagian besar penderita DM type ini berat badannya normal atau kurus.
Biasanya terjadi pada usia muda dan memerlukan insulin seumur hidup.
2. DM type II atau disebut DM yang tak tergantung pada insulin. DM ini
disebabkan insulin yang ada tidak dapat bekerja dengan baik, kadar
insulin dapat normal, rendah atau bahkan bahkan meningkat tetapi fungsi
insulin untuk metabolisme glukosa tidak ada/kurang. Akibatnya glukosa
dalam darah tetap tinggi sehingga terjadi hiperglikemia, 75% dari
penderita DM type II dengan obersitas atau ada sangat kegemukan dan
biasanya diketahui DM setelah usia 30 tahun.
Kegemukan atau obesitas salah satu faktor penyebab penyakit DM, dalam
pengobatan penderita DM, selain obat-obatan anti diabetes, perlu ditunjang
dengan terapi diit untuk menurunkan kadar gula darah serta mencegah
komplikasi-komplikasi yang lain.
III. Apa gejala-gejala orang menderita DM ?

Gejala klinis yang khas pada DM yaitu “Triaspoli” polidipsi (banyak minum),
poli phagia (banyak makan) & poliuri (banyak kencing), disamping disertai
dengan keluhan sering kesemutan terutama pada jari-jari tangan, badan terasa
lemas, gatal-gatal dan bila ada luka sukar sembuh. Kadang-kadang BB
menurun secara drastis.
Untuk mengetahui apakah seorang menderita DM yaitu dengan memeriksakan
kadar gula darah. Kadar gula darah normal adalah :
Pada saat : Puasa (nuchter) : 80 - < 110 mg/dl
Setelah makan : 110 - < 160 gr/dl

Penyulit/Komplikasi

Jika kadar gula darah terus menerus tinggi ini berarti tidak terkontrol, lama
kelamaan akan timbul penyulit (komplikasi) yang pada dasarnya terjadi pada
semua pembuluh darah misalnya : pembuluh darah otak (stroke), pembuluh
darah mata (dapat terjadi kebutaan), pembuluh darah ginjal (GGKhemodialisa)
dll. Jika sudah terjadi penyulit ini maka usaha untuk menyembuhkan keadaan tersebut kearah normal sangat sulit. Oleh karena itu,usaha pencegahan dini untuk penyulit tersebut diperlukan dan diharapkansangat bermanfaat untuk menghindari terjadinya berbagai hal yang tidakmenguntungan.

IV. Bagaimana mencegah dan mengobati DM ?

DM dapat dicegah dengan menerapkan hidup sehat sedini mungkin yaitu
dengan mempertahankan pola makan sehari-hari yang sehat dan seimbang
dengan meningkatkan konsumsi sayuran, buah dan serat, membatasi makanan
yang tinggi karbohidrat, protein dan lemak, mempertahankan BB yang normal
sesuai dengan umur dan tinggi badan (TB) serta olah raga (OR) teratur sesuai
umur & kemampuan.
Tujuan pengobatan penderita DM ialah: Untuk mengurangi gejala,
menurunkan BB bagi yang kegemukan & mencegah terjadinya komplikasi.
1. Diit
Penderita DM sangat dianjurkan untuk menjalankan diit sesuai yang
dianjurkan, yang mendapat pengobatan anti diuretik atau insulin, harus
mentaati diit terus menerus baik dalam jumlah kalori, komposisi dan
waktu makan harus diatur. Ketaatan ini sangat diperlukan juga pada saat :
undangan/pesta, melakukan perjalanan, olah raga (OR) dan aktivitas lain .
2. Obat-obatan
Tablet/suntikan anti diabetes diberikan, namun therapy diit tidak boleh
dilupakan dan pengobatan penyulit lain yang menyertai /suntikan insulin.
3. Olah Raga
Dengan olahraga teratur sensitivitas sel terhadap insulin menjadi lebih
baik, sehingga insulin yang ada walaupun relatif kurang, dapat dipakai
dengan lebih efektif. Lakukan olahraga 1-2 jam sesudah makan terutama
pagi hari selama ½ - 1 jam perhari minimal 3 kali/minggu.
Penderita DM sebaiknya konsultasi gizi kepada dokter atau nutritionis (ahli
gizi) setiap 6 bulan sekali untuk mengatur pola diit dan makan guna
mengakomodasikan pertumbuhan dan perubahan BB sesuai pola hidup.

V. Penatalaksanaan Gizi pada penderita DM

1) Penilaian kondisi pasien.
a. Status gizi :
penilaian status gizi dengan menghitung Indek Masa
Tubuh (IMT) = BB(kilogram)/TB2(meter) untuk melihat apakah
penderita DM mengalami kegemukan/obesitas, normal atau kurang
gizi. IMT normal pada orang dewasa antara 18,5-25.
b. Toleransi glukosa.
Dengan memberikan kadar gula darah (glukosa) apakah dalam batasbatas
toleransi normal (terkontrol). Biasanya diperiksa gula darah
puasa dan 2 jam setelah makan, gula darah sewaktu dan HbAc. Selain
itu juga diperiksa kadar gula dalam urin.
c. Komplikasi lain.
Pemeriksaan klinis dan laboratorium lebih lanjut perlu dilakukan bila
untuk mengetahui apakah sudah ada komplikasi baik akut atau kronik
seperti kadar gula darah selalu rendah atau bahkan selalu tinggi,
komplikasi ke penyakit jantung, ginjal, hati, pembuluh darah, saraf
atau mata.
2) Perencanaan Diit dan mendidik pasien DM
Mendidik pasien DM bertujuan agar pasien tersebut dapat mengontrol gula
darah, mengurangi komplikasi dan meningkatkan kemampuan untuk
merawat diri sendiri. Perencanaan diit bertujuan agar cukup asupan kalori,
protein, lemak, asam mineral dan serat serta air dengan frekuensi makan
sepanjang hari disesuaikan dengan pemberian obat anti diabetes atau
injeksi insulin. Selain itu kebutuhan kalori dan serat gizi lain disesuaikan
dengan status gizi dan kondisi kesehatan penderita DM (misalnya bila
disertai hipertensi atau tekanan darah tinggi, harus mengikuti diit rendah
garam). Perencanaan diit dapat menggunakan daftar penukar bahan
makanan, sehingga penderita DM dapat menggunakan daftar itu sendiri.
3) Olah Raga
Penderita DM dianjurkan untuk melakukan olahraga secara teratur 3-4
kali/minggu, setidaknya 20-30 menit (misalnya jalan kaki cepat, senam).
Untuk memperbaiki aktivitas insulin. Selain itu olahraga membantu

Penurunan BB pada penderita gemuk atau obesitas. Bila melakukan
olahraga berat sebaiknya sebelum, selama dan sesudah olahraga
memonitor kadar gula darah, khususnya untuk DM type I, guna
menentukan kebutuhan insulin dan asupan makanan harus disesuaikan.
Bila melakukan olahraga ringan, tidak perlu mengatur kebutuhan insulin,
cukup snack kecil sebelum olahraga pada gula darah < 80mg/dl. Untuk
olahraga yang lama snack diperlukan setiap ½ - 1 jam. Pada olahraga berat
dan lama seperti ski lintas alam, dosis insulin perlu diturunkan untuk
mencegah hipoglikemia (kadar gula darah turun). Pada penderita DM
dianjurkan memperbanyak cairan sebelum, selama dan sesudah olahraga
untuk mencegah dehidrasi.

VI. Apa bahayanya penderita DM ?

Penyakit DM dapat menimbulkan berbagai komplikasi yang membahayakan
jiwa maupun mempengaruhi kualitas hidup seseorang.

Komplikasi akut

1. Komplikasi akut yang paling berbahaya adalah terjadinya hipoglikemia
(kadar gula darah sangat rendah), karena dapat mengakibatkan koma (tidak
sadar) bahkan kematian bila tidak cepat ditolong. Keadaan hipoglikemia
ini biasanya dipicu karena penderita tidak patuh dengan jadwal makanan
(diit) yang telah ditetapkan, sedangkan penderita tetap minum obat anti
diabetika atau mendapatkan infeksi insulin. Gejala-gejala terjadinya
hipoglikemia adalah rasa lapar, lemas, gemetar, sakit kepala, keringat
dingin dan bahkan sampai kejang-kejang.
2. Koma pada penderita DM juga dapat disebabkan karena tingginya kadar
gula dalam darah, yang biasanya dipicu adanya penyakit infeksi atau
karena penderita DM tidak minum obat/mendapatkan insulin sesuai dosis
yang dianjurkan. Gejala dari hiperglikemia adalah rasa haus, kulit hangat
dan kering, mual dan muntah, nyeri abdomen, pusing dan poliuria.
Karena sulit untuk membedakan komplikasi karena hipo atau hiperglikemia,
maka dianjurkan kalau ada gejala-gejala seperti diatas pada penderita DM,
lebih baik segera ditolong dengan diberikan air gula atau permen, kemudian
penderita segera dikirim ke Rumah Sakit.
Komplikasi Kronis
Bila sudah terjadi komplikasi yang mengakibatkan tingginya kadar gula darah
dalam waktu lama seperti gangguan pada saraf, mata, hati, jantung, pembuluh
darah dan ginjal, selain upaya menurunkan kadar gula darah dengan obat
antibiotik/insulin dan terapi diit, perlu pengobatan untuk komplikasinya. Diit
juga ditujukan untuk mengurangi/menyembuhkan komplikasi tersebut
(misalnya kadar kolesterol juga tinggi, diit diarahkan juga untuk menurunkan
kadar kolesterol tersebut).

VII. Apa kaitan gizi dengan diabetes mellitus ?

DM adalah gangguan metabolisme karbohidrat yang merupakan salah satu
unsur zat gizi makro. Gangguan metabolisme ini juga menyebabkan gangguan
metabolisme zat gizi lain yaitu protein, lemak, vitamin, dan mineral yang
mana proses metabolisme tubuh itu saling berinteraksi antar semua unsur zat
gizi. Oleh karena itu, DM adalah merupakan salah satu dari “Nutrition Related
Disease” dimana gangguan salah satu metabolisme zat gizi dapat
menimbulkan penyakit.
Terapi diit adalah penatalaksanaan gizi paling penting pada penderita DM.
Tanpa pengaturan jadwal dan jumlah makanan serta kualitas makanan
sepanjang hari, sulit mengontrol kadar gula darah agar tetap dalam batas
normal.
Bila dibiarkan dalam jangka waktu lama, akan mengakibatkan komplikasi baik
akut atau kronis, yang pada akhirnya dapat membahayakan keselamatan
penderita DM sendiri atau mempengaruhi produktivitas kerja. (contoh: pada
penderita DM yang mengalami luka gangren yang harus diamputasi karena
kadar gulanya selalu tinggi sehingga lukanya tidak dapat sembuh).

VIII. Apa manfaat konsultasi gizi ?

Klinik gizi memberikan pelayanan konsultasi gizi bagi pasien yang
membutuhkan terapi diit termasuk penderita DM. Disini penderita DM diajak
untuk mengenal dirinya sendiri dan mampu memilih menu makanan sesuai
kebutuhan dirinya.
Klinik gizi Depkes RI merupakan salah satu bagian layanan dari Poliklinik
Depkes RI yang melayani konsultasi gizi setiap hari (Senin – Jumat jam 09.00
– 13.00 à lihat leaflet). Data dari bulan Januari s/d Desember 2002
menunjukkan bahwa 13,5 % (22 orang) dari 163 pengunjung adalah penderita
DM dan menempati urutan ke empat dari seluruh jenis penyakit. Hal ini
menunjukkan bahwa ternyata banyak karyawan/karyawati Depkes RI
menderita Diabetes Mellitus.
Hal ini merupakan peringatan untuk selalu menerapkan pola makan mengacu
pada gizi seimbang, melakukan olahraga teratur, agar terhindari dari penyakit
DM.

IX. Penutup

Penyakit DM ini tidak dapat disembuhkan, tetapi dengan kemauan keras
penyakit ini dapat dikendalikan dan dengan berbekal pengetahuan yang cukup
dan keinginan yang kuat maka DM ini bukan penyakit yang menakutkan.

Disampaikan dalam rangka Seminar Pekan Diabetes
Tanggal 25 – 27 Maret 2003 di Depkes RI

Oleh :
Direktur Gizi Masyarakat
Direktorat Jenderal Bina Kesehatan Masyarakat
Departemen Kesehatan RI